'/> Prinsip Dasar Seni Tari -->

Info Populer 2022

Prinsip Dasar Seni Tari

Prinsip Dasar Seni Tari
Prinsip Dasar Seni Tari
Bagaimana sebuah tarian sanggup dikomunikasikan? Jawabannya yaitu melalui pertunjukan tari. Karya tari yaitu bahasa seorang koreografer dalam mengungkapkan gagasannya, yang disampaikan oleh penari kepada penonton.

Agar bisa menangkap isi yang tersampaikan dalam sebuah tarian, perlu adanya pemahaman perihal unsur estnorma dan etika tari. Mari, kita kenali dari prinsip fundamental wujud sebuah karya seni tari.

Prinsip dasar seni yang harus menjadi aliran dalam wujud atau bentuk sebuah karya seni tari yaitu memahami hal-hal memberikankut.

Berikut ini akan diuraikan penjelasannya satu per satu.

1. Unity (Keutuhan)

Unity atau kesatuan dalam karya seni tari yaitu membuat satu bentuk yang mempunyai keterkaitan unsur satu dengan yang lain menurut sumber yang sama. Bayangkan sebuah bundar laba-laba (spider circle).

Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus terang akar sumbernya sehingga knorma dan etika tema ditentukan akan dengan memperringan dan sepele ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang mempunyai keterkaitan dengan tema tadi.

Gerak tari harus menimbulkan kesan abjad tertentu biar kreativitas pemilihan iringan tari terang menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya. Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap kepingan pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak.

Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari. Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan antara benang merah yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni tari adalah:

- Ide atau gagasan
- Tema
- Desain/motif gerak
- Dinamika iringan tari
- Dinamika rangkaian motif gerak
- Desain rias
- Desain busana

2. Harmoni (Keselarasan)

Kesan yang ditimbulkan dari karya seni knorma dan etika diapresiasi dan dinikmati penonton secara alami harus sanggup saling menjelaskan antara unsur yang satu dengan yang lainnya. Jadi, setiap unsur yang membentuk sebuah karya bukan merupakan comotan-comotan yang dirangkai menjadi sesuatu.

Apabila hanya campuran hasil comotan, sebuah karya seni akan ibarat seni mozaik/tempelan, atau yang ludang kecepeh ekstrem lagi sanggup dikategorikan karya plagiat (menjiplak).

Misalnya, Anda akan membuat sebuah karya tari tanpa didasarkan wangsit hasil penghayatan dan apresiasi, kemampuan, ilmu seni, serta pengalaman. Anda hanya mempunyai ide. Anda ingin ibarat yang pernah Anda lihat.

Suatu saat, Anda pernah melihat pertunjukan seni bela diri Kapuera dari Brazil, silat dari Jawa Barat, Tari Kreasi Baru ‘Asyiik’ dari Jambi, yang tiruananya mengandung unsur seni bela diri. Kemudian, Anda mengambil gerak yang persis sama dari Tari Asyiik pada kepingan akrobatik untuk disimpan pada karya Anda dan dilanjutkan dengan gerak meloncat sambil menendang, kemudian berputar dari kapuera, diakhiri dengan gerakan pencak silat pada dikala padungdung (bukan susunan jurus saja, tetapi jurus yang sudah digambarkan pada sebagai pertarungan), dan diiringi musik dari tempat Anda sendiri.

Itulah salah satu bentuk pola sederhana. Meskipun tiruana berada pada satu style tari yang dilatarbelakangi tema seni bela diri, akan terasa terputus-putus secara keseluruhan knorma dan etika dinikmati penonton sehingga terang tidak memmemberikankan sebuah kenikmatan kepuasan kepada pelaku maupun penontonnya.
Harmoni juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang sanggup memmemberikan kesan sebuah abjad dengan warna yang pada. Contohnya kuning dengan hijau, merah dengan biru atau kuning. Namun contohnya untuk abjad lincah misalnya, tidak memadukan hitam dengan ungu tua.

3. Balance (Keseimbangan)

Bagian ini maksudnya yaitu proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak bertele-tele ibarat mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus proporsional menggunakan tenaga sebab jikalau tiruana gerakan menggunakan tenaga yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton.

4. Dinamika

Naik turunnya suasana tarian memilih wujud struktur tarian. Sebuah tarian yang sanggup membuat kejutan kecil yang sanggup membuat penonton ingin tau untuk terus menyaksikannya dan sanggup ditangkap maksudnya, maka ia telah menggunakan dinamika hidangan tari. Cepat lambatnya sebuah gerakan (tempo), cepat lambatnya atau tebal tipisnya iringan, juga kontras atau harmoninya antara gerakan dan iringan termasuk dinamika.


Advertisement

Iklan Sidebar